Gak semua orang beruntung punya mertua yang netral, adil, dan supportive. Ada juga yang hidupnya berasa kayak kontes “Menantu Idaman” tiap hari. Lo masak—dibandingin. Lo dandan—dibandingin. Lo ngasuh anak—dibandingin. Setiap gerak lo kayak diawasi dan dinilai, seolah-olah lo gak pernah cukup.

Mertua membandingkan menantu bisa jadi salah satu bentuk tekanan emosional paling halus tapi ngena. Lo gak dikata-katain langsung, tapi disindir, dipelintir, dan disudutkan lewat pujian untuk menantu lain.

Kalau lo lagi ada di posisi ini, tenang. Lo gak sendirian. Dan yang lebih penting: lo gak salah.


1. Kenapa Mertua Suka Banget Ngebandingin?

Penyebabnya banyak. Bisa karena:

  • Mertua punya favorit
  • Lo dan menantu lain punya latar belakang beda jauh
  • Ekspektasi mereka gak realistis
  • Mereka gak pernah puas dan senang ngekritik

Mertua membandingkan menantu sering muncul dari ketidakmampuan mereka menerima bahwa setiap orang itu unik. Kadang juga, itu bentuk tekanan halus buat “mengubah” lo sesuai standar mereka.


2. Gimana Rasanya Dibandingkan? Valid Kok Kalau Lo Kesel

Rasa sakit hati lo tuh valid. Apalagi kalau dibandinginnya:

  • Sama menantu yang udah mapan
  • Sama yang deket secara geografis
  • Sama yang punya gaya hidup beda

Rasanya kayak lo gak pernah cukup meskipun udah ngeluarin effort segede gaban. Lo jadi overthinking, ngerasa gagal, dan bisa berujung ke rasa minder.

Dibandingkan menantu lain bikin lo ngerasa lo gak pernah jadi pilihan utama. Tapi, penting banget lo tahu bahwa harga diri lo gak ditentukan dari pujian mertua.


3. Ini Bukan Kompetisi, Ini Realita

Sadarilah bahwa hubungan dengan mertua bukan kompetisi. Tapi tetap aja, lo harus punya strategi untuk bertahan tanpa kehilangan diri lo.

Jangan biarkan permainan pembanding ini bikin lo terjebak dalam pola:

  • Bersaing secara diam-diam
  • Mencoba jadi versi palsu dari diri sendiri
  • Makin jauh dari pasangan

Cara hadapi mertua seperti ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal menjaga kesehatan mental dan kedewasaan lo.


4. Hindari Respon Emosional yang Meledak-ledak

Kalau mertua mulai lagi dengan pujian ke menantu lain sambil ngeledek halus ke lo, jangan langsung ngegas.

Contoh situasi:

  • “Lihat tuh si A, rajin banget bangun pagi.”
  • “Baju kamu… beda ya. Si B tuh selalu rapi.”

Jawaban bijak:

  • “Wah iya, dia emang luar biasa. Setiap orang punya cara masing-masing ya, Bu.”
  • “Aku belajar juga pelan-pelan, kok.”

Tenang bukan berarti lemah. Tapi lo gak kasih bensin buat drama tambah gede.


5. Libatkan Pasangan Sebagai Support System

Jangan simpen sendiri. Ceritain ke pasangan, tapi jangan dengan nada ngeluh doang. Ajakin diskusi:

  • “Aku ngerasa gak nyaman pas Mama bilang kayak gitu.”
  • “Menurut kamu, normal gak sih perbandingan kayak gitu terus?”

Pasangan yang baik akan paham dan bantu jadi penengah. Kalau dia malah nyalahin lo? Itu red flag. Tapi kita fokus ke solusi dulu ya.


6. Fokus ke Keunikan dan Nilai Diri Sendiri

Lo gak harus jadi menantu “seperti si itu”. Lo cukup jadi versi terbaik dari diri lo. Ingat, lo punya:

  • Karakter sendiri
  • Kemampuan sendiri
  • Cerita hidup sendiri

Mertua membandingkan menantu mungkin gak sadar bahwa mereka cuma liat dari permukaan. Tapi lo gak harus nurut standar orang lain untuk dapetin validasi.


7. Jangan Ikutan Banding-Bandingin Balik

Mungkin rasanya pengen banget ngebales:

  • “Ya iyalah dia enak, mertua-nya juga gak cerewet.”
  • “Dia tinggal sama orang tua, jelas lebih gampang bantu-bantu.”

Tapi stop di situ. Lo bukan di level mereka. Lo lebih tinggi karena lo bisa tahan diri.

Dibandingkan menantu lain gak seharusnya lo respon dengan nyindir balik. Itu cuma bikin hubungan makin beracun.


8. Tunjukkan Nilai Lewat Konsistensi, Bukan Pembuktian Dadakan

Jangan hidup dalam mode pembuktian terus. Capek, bro. Lebih baik:

  • Tunjukkan konsistensi lo sebagai istri dan ibu
  • Jadi pasangan yang baik
  • Rawat hubungan dengan anak lo
  • Punya hidup yang sehat secara mental

Lama-lama, hasilnya akan bicara sendiri. Bahkan kalau mertua gak ngakuin, orang lain akan lihat betapa lo layak dihormati.


9. Beri Batasan Jika Sudah Melewati Batas Wajar

Kalau mertua membandingkan menantu udah nyentuh level toxic yang menyakitkan, lo berhak buat narik batas.

Lo bisa bilang:

  • “Aku tahu Mama sayang semua menantu. Tapi aku berharap bisa dinilai sebagai diri aku sendiri.”
  • “Aku gak nyaman kalau terus dibandingin, Bu. Aku pengen kita tetap akur.”

Kalau lo takut ngomong langsung, bisa sampaikan lewat pasangan lo.


10. Bangun Lingkaran Support dari Luar Keluarga Pasangan

Kalau di rumah pasangan lo bikin stres terus, pastikan lo punya:

  • Sahabat buat cerita
  • Kegiatan produktif
  • Komunitas positif

Lo gak sendirian. Dan support system ini penting banget buat lo tetap kuat.


11. Hindari Membuktikan Diri Lewat Materi

Kadang karena dibandingin terus, lo jadi pengen nunjukin:

  • “Gue juga bisa ngasih hadiah gede buat mertua.”
  • “Gue juga bisa masak 7 jenis menu.”

Hati-hati. Lo bukan robot. Lo manusia. Kalau itu bukan kapasitas lo, jangan paksain. Bukan jalan sehat.

Cara hadapi mertua yang ngebandingin bukan dengan show off, tapi dengan kontrol emosi dan tindakan nyata.


12. Ciptakan Momen Positif Dengan Mertua

Cari celah buat bikin momen yang gak cuma formal. Misalnya:

  • Ajak masak bareng
  • Kirim makanan
  • Obrolan ringan tentang hobi mereka

Biarpun hati lo udah keburu luka, bukan berarti lo berhenti berusaha. Tapi inget, lakukan tanpa pamrih. Jangan berharap “nanti dia bakal bandingin lo secara positif”—cukup lakukan sebagai manusia dewasa.


13. Jangan Lupakan Sisi Kemanusiaan Mereka

Kadang, mertua bandingin bukan karena jahat, tapi karena mereka:

  • Trauma dari pengalaman hidup
  • Terbiasa ngebandingin anak-anaknya sendiri
  • Gak pernah diajari cara komunikasi yang sehat

Bukan berarti lo harus maklum 100%, tapi lo bisa punya pandangan lebih luas supaya lo gak kebakar emosi terus-terusan.


14. Kalau Harus Jaga Jarak, Gak Apa-Apa

Kalau segala cara udah lo lakuin dan tetap aja dibandingin, lo boleh ambil jarak:

  • Batasi intensitas komunikasi
  • Batasi frekuensi berkunjung
  • Hanya respon hal-hal penting

Self-preservation itu penting. Daripada mental lo makin drop, lebih baik tarik napas dan keluar sejenak dari “arena kompetisi”.


15. Jaga Kewarasan, Jangan Ikut Rusak

Mertua membandingkan menantu bisa bikin lo merasa seolah-olah lo harus “melawan sistem”. Tapi percayalah, lo gak harus ikutan rusak.

Fokus ke:

  • Keluarga inti lo
  • Peran lo sebagai pasangan
  • Mental health lo sendiri

Karena pada akhirnya, menantu yang kuat bukan yang menang dari yang lain, tapi yang tetap utuh meski diuji habis-habisan.


FAQ: Ketika Mertua Membandingkan Menantu

1. Kenapa mertua selalu bandingin gue sama menantu lain?
Bisa karena mereka punya favorit, ekspektasi gak realistis, atau karena mereka sendiri gak sadar cara komunikasinya nyakitin.

2. Apa gue salah kalau sakit hati?
Enggak. Lo manusia. Tapi pastikan lo gak bereaksi berlebihan yang bikin hubungan makin runyam.

3. Haruskah gue ngomong langsung ke mertua?
Kalau lo siap mental dan bisa kontrol emosi, iya. Tapi sampaikan dengan sopan dan fokus ke perasaan lo, bukan menyalahkan.

4. Gimana kalau pasangan gue gak bela gue?
Itu masalah serius yang perlu dibahas. Pasangan harus jadi penyeimbang. Kalau dia pasif terus, lo butuh diskusi lebih dalam.

5. Apa salah kalau gue mulai jaga jarak?
Enggak salah. Lo berhak melindungi diri dari lingkungan yang gak sehat.

6. Gimana biar gue tetap waras di tengah perbandingan ini?
Bangun support system, jaga rutinitas sehat, punya waktu untuk diri sendiri, dan tetap ingat: lo cukup.


Penutup

Mertua membandingkan menantu itu real problem yang sering disepelekan. Tapi dampaknya ke mental dan relasi bisa dalam banget. Yang perlu lo tahu adalah: lo gak harus jadi menantu “terbaik versi mereka”. Cukup jadi istri terbaik buat pasangan lo, ibu terbaik buat anak lo, dan pribadi terbaik buat diri lo sendiri.

Perbandingan itu cuma suara luar. Tapi yang lebih penting adalah suara dalam diri lo. Jangan biarkan komentar dan pujian yang gak pernah datang mengubah siapa lo sebenarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *